Rabu, 20 Maret 2013

LIVE EVENT MODEL



MAKALAH
                                                         LIVE EVENT MODEL                            
Tugas Ini Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah “Psikologi Perkembangan  II



Oleh :
Ainul Fu’adah Hasanah          121160004
Barlia Hakim Al-munawir       1211600017
Sari Dzil Aqidah  Munawwiroh  1209600080
Kelas: 4 A


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2013









KATA PENGANTAR
Bismillaahirahmaanirrohim,
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin, Allah SWT telah memberikan kelancaran kepada penulis dan telah melimpah-kan taufiq dan hidayah-Nya dalam penyusunan makalah mengenai “Live Event Model” ini.
Makalah ini diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan 2, Alhamdulillah dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak terlepas dari hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1.       Ibu Ening Ningsih, S.Psi., Psikolog sebagai dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan 2
2.      Serta seluruh pihak yang telah banyak membantu dalam penyelesaian laporan praktik profesi ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang menunjang ke arah kesempurnaan sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.


Bandung,  Pebruari 2013


Penyusun   









DAFTAR ISI
hal
KATA PENGANTAR………………………………………………………………........i

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………......ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang………………………………………………..............……............ 1
1.2     Rumusan Masalah…………………………………………………......................... 1
1.3     Tujuan Pembahasan………………………………………………….. ....................2
1.4     Sistematika Penulisan………………………………………………….................... 2

BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Live Event Model .................………………………………....................3
2.2  Elemen-Elemen Pokok Life Event Model …………………………….......................6
2.3 Kategorisasi Aspek- Aspek dari .Suatu Live event Berdasarkan Live Event Model...................................................................................................................9
BAB III KESIMPULAN……………………....……………………………………..……10

DAFTAR PUSTAKA



BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Live event model adalah merupakan suatu pendekatan dalam perkembangan pada orang dewasa, peneliti sebelumnya menyarankan bahwa peristiwa- peristiwa kehidupan (misalnya, kematian pasangan, perceraian) menghasilkan suatu keadaan untuk individu- individu, yaitu suatu kekuatan untuk merubah kepribadian mereka.
Dalam live-events framework menekankan faktor- faktor yang menjadi penengah antara pengaruh dari Live events pada orang dewasa yaitu dari kesehatan fisiknya, kecerdasannya, kepribadiannya, dan juga dukungan keluarga. Beberapa individu mungkin menganggap live event  sebagai suatu stress yang sangat tinggi. Sedangkan yang lain memandang peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan bagi perubahan hidup mereka.
Karena live event merupakan suatu perubahan- perubahan yang signifikan terhadap pola hidup tentu akan sangat dibutuhkannya penyesuaian  dalam menghadapi setiap perubahan yang muncul dalam usia dewasa ini. Mulai dari penyesuaian terhadap lingkungan sosial, keluarga juga terhadap pribadinya sendiri.
Segala perubahan itu juga berbeda- beda pada setiap individu dan pola hidup yang mereka jalani, begitu pula dengan segala pengalaman  mereka akan berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan saat ini.
Terdapat elemen- elemen pokok yang terdapat dalam life event model yaitu suatu proses yang terdiri dari serangkaian kejadian dalam kehidupan seseorang untuk membentuk life event nya yang akan menjadi sebuah tingkah laku dalam pola hidupnya setelah melalui serangkaian proses tersebut, dan hasilnya tergantung dari proses adaptasinya apakah dia akan berhasil menyesuaikan diri dengan baik atau tidak.

1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1.      Apakah yang dimaksud dengan live event model ?
2.      Apa sajakah elemen- elemen pokok live event model ?
3.      Bagaimana Kategorisasi Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event Model?


1.3 Tujuan Pembahasan
Untuk mengetahui :
1.      Pengertian dari live event model
2.      Elemen- elemen pokok dalam live event model
3.      Kategorisasi aspek- aspek dari suatu live event berdasarkan live event model

1.4  Sistematika Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
1.2  Rumusan Masalah
1.3  Tujuan Pembahasan
1.4  Sistematika
BAB II   PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Live Event Model
2.2 Elemen-Elemen Pokok Life Event Model
2.3 Kategorisasi Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event       Model
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA














BAB II
PEMBAHASAN


2.1  Pengertian dan Konsep

Life Event Model /Framework adalah peristiwa dalam kehidupan seseorang yang permunculannya menuntut /merupakan indikasi dari perubahan-perubahan yang signifikan dari pola kehidupan yang sedang dijalankan individu. Bisa disebut sebagai perjalanan kehidupan seseorang dengan pengalaman yang berbeda pada tiap-tiap individu sehingga menghasilkan perilaku yang ditampilkannya pada saat ini. Kejadian semasa hidupnya menggambarkan perubahan-perubahan pada tingkah laku perkembangan yang khas dalam setiap individu serta dibuat dalam suatu kerangka.
Secara teoritis life events dapat diartikan sebagai peristiwa dalam kehidupan seseorang yang kemunculannya menuntut atau merupakan indikasi dari perubahan-perubahan yang signifikan di pola kehidupan yang sedang di jalankan oleh individu (Klaus Riegel – critical evets)
Hasil dari penelitian bahwa peristiwa kehidupan mayor (misalnya, kematian pasangan, perceraian) memberikan pengaruh terhadap keadaan untuk individu- individu, yaitu kekuatan untuk merubah kepribadian mereka. Versi yang lebih canggih dalam live-events framework menekankan faktor- faktor yang menjadi penengah  pengaruh dari Live events pada orang dewasa---kesehatan fisik, kecerdasan, kepribadian, dukungan keluarga. Saat ini berapa individu mungkin menganggap live event sebagai suatu stress yang tinggi. Sedangkan yang lain memandang peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan.
Penting untuk mempertimbangkan keadaan sosial budaya yang terjadi dalam peristiwa kehidupan. Misalnya, perceraian mungkin terjadi akibat stres setelah bertahun-tahun menikah. Ketika mereka berada dalam usia lima puluhan, kemudian ketika mereka hanya telah menikah beberapa tahun dan di usia dua puluhan. Salah satu konsekuensi dari ini adalah bahwa perkem-bangan mungkin terjadi pada setiap titik dalam kehidupan dan tidak perlu linear. 
Ada empat pendekatan perkembangan psikososial orang dewasa diwakili oleh model tahapan normative, model timing of event, model trait, model typological.

a. Model Tahapan Normatif
Model teoretis yang mendeskripsikan perkembangan psikososial dalam bingkai urutan tertentu perubahan yang terkait dengan usia. Erikson: Intimacy vs Isolasi merupakan tahapan keenam perkembangan psikososial yaitu pada usia 20-30 tahun, dimana orang dewasa awal membuat komitmen dengan oranglain atau menghadapi kemungkinan rasa terisolasi dan keterpakuan pada kegiatan sendiri(self-absorb). Seseorang butuh isolasi untuk merefleksikan kehidupan mereka. Intimacy pencapaian utama masa dewasa awal dalam teori perkemba-ngan  kepribadian Erikson tampak dalam komitment terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan kompromi.
Merujuk kepada Erikson, intimacy hanya mungkin muncul pada pria setelah dia menda-patkan identitasnya sendiri tetapi wanita mencapai identitasnya melalui intimacy.

b. Model Timing Of  Event  
Istilah ini biasa digunakan bagi pengalaman hidup yang terjadi pada waktu tertentu. Misalnya pernikahan, pensiun dan lain sebagainya. Waktu sosial adalah waktu yang menentukan norma atau harapan kultural bagi suatu waktu.

c. Model Lima Faktor
Model yang dikembangkan oleh Cosa dan McCrae, didasarkan kepada lima faktor besar yang mendasari sekumpulan sifat kepribadianyang terkait neuroticism (neurosisme) yaitu kumpulan enam sifat negative yang mengindikasikan ketidakstabilan emosional: kepanikan, sikap bermusuhan, depresi, kesadaran diri, impulsive,dan rapuh. Extraversion(terbuka) juga memiliki enam sisi : hangat, bersahabat, asertif , aktif ,  pencari kegembiraan dan emosi positif open to experience ( terbuka terhadap pengalaman) yaitu ingin mencoba hal-hal yang baru. Conscientious( teliti) adalah mereka yang berprestasi, dan yang terakhir adalah agreeable (menyenangkan) adalah mereka yangdapat dipercaya, terus terang, mengalah rendah hati, dan mudah dipengaruhi.

d. Modal Tipologis
Block (1971) merupakan pelopor pendekatan tipologis. Pendekatan ini memandang kepribadian sebagai pelaksanaan fungsi yang mempengaruhi dan merefleksikan sikap, nilai, perilaku dan interaksi social.
Seseorang mempunyai konsep tersendiri dalam menentukan kehidupannya, ini sering dikatakan sebagai self concept, dimana self concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
·         The Basic Self-concept. Jane menyebutnya “real-self”, yaitu konsep seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
·         The Transitory Self-concept. Ini artinya bahwa seseorang memiliki “self-concept” yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya. “self-concept” ini mungkin menyenangkan tapi juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional, sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang lalu.
·         The Social Self-concept. Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan. Jenis ini sering juga dikatakan sebagai “mirror image”. Contoh: jika kepada seorang anak dikatakan secara terus-menerus bahwa dirinya “naughty” (nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya sebagai anak yang nakal. Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis kelompok sosial dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya, atau masyarakat. Jersild mengatakan bahwa apabila seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai oleh orang-orang yang berarti baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian guru, dan teman) maka anak akan dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan menghargai dirinya sendiri. Namun apabila orang-orang yang berarti (signifant others) itu menghina, menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
·         The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra fisik maupun psikhis. Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup renggang antara konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun diskrepansi itu dapat berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak (terutama apabila seseorang sudah masuk usia dewasa).


2.2  Elemen-Elemen Pokok Life Event Model :

  1. Konteks fase kehidupan.
 Teori-teori fase dewasa amat banyak, akan tetapi ada tiga teori fase terkemuka yaitu pandangan siklus kehidupan dari Erik Erikson, transformasi dari Roger Gould dan musim-musim kehidupan manusia dari Daniel Lavinson. Teori-teori tersebut menghasilkan pandangan bahwa paruh kehidupan adalah suatu krisis dalam perkembangan.

Fase Generativitas VS Stagnasi dari Erikson 
Erikson (1968) percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi persoalan hidup yang signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang diberikan Erikson pada fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas mencangkup rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan guna meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya. Sebaliknya, stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda (Kotre, 1984).
Melalui generativitas biologis, orang dewasa hamil dan melahirkan anak. Melalui generativitas parental (orang tua), orang dewasa memberikan asuhan dan bimbingan kepada anak-anak. Melalui generativitas kultural, orang dewasa menciptakan, merenovasi atau memelihara kebudayaan yang akhirnya bertahan. Dalam hal ini objek generatif adalah kebudayaan itu sendiri.
Melalui generativitas kerja, orang dewasa mengembangkan keahlian yang diturunkan kepada orang lain. Dalam hal ini, individu generaf adalah seseorang yang mempelajari keahlian.
Melalui generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting), memimpin, mengajar dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat (Mc Adams, 1990). Orang dewasa generatif mengembangkan warisan diri yang postif dan kemudian memberikannya sebagai hadiah pada generasi berikutnya.

Teori Transformasi dari Gould 
Roger Gould (1975, 1978, 1980, 1994) menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang transformasi perkembangan. Menurutnya, paruh kehidupan adalah sama bergejolaknya dengan masa remaja, dengan penegecualian bahwa selama masa dewasa tengah usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang lebih bahagia dan lebih sehat.
Dia percaya bahwa dalam usia 20-an, kita menerima peran-peran baru; dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.
Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan kematangan yang dewasa.

Teori Musim-Musim Kehidupan dari Levinson 
Daniel Levinson (1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life (Musim-Musim Kehidupan Manusia) menekankan bahwa tugas-tugas perkembangan harus dikuasai pada masing-masing fase. Pada masa dewasa awal, dua tugas utama yang harus dikuasai adalah mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan struktur kehidupan yang stabil.
Menurutnya, usia 20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan orang dewasa. Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu mengalami periode transisi dimana ia harus menghadapi persoalan penentuan tujuan yang lebih serius.
Pada usia 30-an, individu biasanya berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Pada tahun-tahun berikutnya pada periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM, Menjadi diri Sendiri).
Pada usia 40, individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang dewasa usia tengah baya.
Menurutnya, perubahan ke masa dewasa tengah berlangsung kira-kira 5 tahun dan mengharuskan orang dewasa untuk berusaha mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam kehidupannya sejak masa remaja: (1) menjadi muda vs. menjadi tua, (2) menjadi destruktif vs. menjadi konstruktif, (3) menjadi maskulin vs. menjadi feminism, dan (4) terikat pada otang lain vs. terlepas dari mereka.
Menurutnya, keberhasilan transisi paruh baya kehidupan terletak pada seberapa efektif individu mengurangi sifat-sifat barlawanan dan menerima masing masing dari mereka sebagai integral dari keberadaanya.
  1. Peristiwa kehidupan.
 Peristiwa artinya sesuatu hal yang terjadi atau bisa juga disebut sebagai kejadian. Macam-macam istilah dalam peristiwa kehidupan dalam perkembangan seseorang ada yang disebabkan karena peristiwa secara kebetulan, peristiwa kesempatan/peluang, peristiwa pengalaman/kenangan, peristiwa khayal, peristiwa bawah sadar, peristiwa keanehan alami, dan peristiwa kausal (kejadian sebab akibat)
  1. Proses adaptasi.
Dilihat dari latar belakang perkembangannya, pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis.
Padahal, dalam penyesuian diri sesungguhnya tidak sekadar penyesuaian fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan lingkungan.
Penyesuaian diri yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi penyesuaian diri baik dalam pengertian adaptation maupun adjusment. Individu yang mampu menyesuaikan diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri tersebut secara luwes, tergantung pada situasinya. Sebaliknya, individu dianggap kaku bila kurang mampu menggunakan kedua mekanisme tersebut dengan baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
  1. Konteks sosiohistori.
Faktor lingkungan sosial, dan psikologi-sosial, ia melihat arti penting dari lingkungan fisik, struktur sosial, peranan kepemimpinan dan kepribadian pemimpin, serta arti penting kekompakan kelompok. menunjukkan bahwa apa yang menjadi persoalan bagi individu bukanlah penampilan atau intelektual raja, melainkan jenis antar hubungan yang ia bangun dengan lingkungan sosialnya. Raja yang berhubungan dengan rakyatnya secara zalim terlibat dalam suatu perbuatan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh karena itu seseorang harus memperhatikan hubungan sosial dengan kehidupan sebelumnya karena perkembangan individu juga dikaitkan antara sejarahnya dengan lingkungan sosialnya.





2.3  Kategorisasi Aspek- Aspek dari Suatu Live event Berdasarkan Live Event Model:

  1. Non Normative event s biologis dan sosial budaya adlah pengaruh yang cukup jelas dikaitkan dengan usia, seperti kematangan fisik selama masa kanak- kanak atau peristiwa khas pada masa dewas yang melibatkan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.
  2. Normative age graded events, lingkungan, bencana, dan pengarus sosial yang mempengaruhi sebagian besar anggota suatu budaya pada saat yang sama, seperti perang menyapu perubahan ekonomi atau teknologi, dan epidemic besar. Efek ini mungkin berbeda tergantung pada usia seseorang pada saat acara tersebut, tetapi kebanyakan orang karena usia, dari keseluruhan kohort akan mempunyai pengalaman yang sama.
  3. Normative history graded event, peristiwa yang signifikas bagi individu tertentu, tetapi bukan bagian dari pola keseluruhan terikat dengan siklus hidup, seperti kecelakaan lalu lintas, kemenangan undian, dan konversi agama.



















BAB III
KESIMPULAN

Bahwa kejadian-kejadian yang dialami oleh individu dapat/ akan mempengaruhi kepribadian,cara bersikap dan berfikir seseorang. Inilah yang disebut dengan live event model, kejadian semasa hidupnya menggambarkan perubahan-perubahan pada tingkah laku perkembangan yang khas dalam setiap individu serta dibuat dalam suatu kerangka.
Seorang individu mempunyai konsep tentang dirinya, inilah yang dinamakan dengan self concept,ada beberapa macam self concept diantaranya: The Basic Self-concept (“real-self”, yaitu konsep seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya), The Transitory Self-concept ( bahwa seseorang memiliki “self-concept” yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya), The Social Self-concept ( cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan), The Ideal Self-concept ( Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya).
 Elemen-Elemen Pokok Life Event Model diantaranya :
1. Konteks fase kehidupan. Teori-teori fase dewasa amat banyak, akan tetapi ada tiga teori fase terkemuka yaitu pandangan siklus kehidupan dari Erik Erikson, transformasi dari Roger Gould dan musim-musim kehidupan manusia dari Daniel Lavinson. Teori-teori tersebut menghasilkan pandangan bahwa paruh kehidupan adalah suatu krisis dalam perkembangan.
2. Peristiwa kehidupan
3. Proses adaptasi
4. Konteks sosiohistri
Kategorisasi Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event Model :
1.      Non normative events biologis dan sosial budaya
2.      Normative age graded events
3.      Normative history graded event





 
DAFTAR PUSTAKA

·         Lerner,R.M.& Hultsch,D,F. 1983.Human Development: A Life-Span Perspective. Now-york : Mc.Graw-Hill,Inc
·         Hoyer,William,J. Adult Development And Aging
·         Feist,Jess& Feist,Gregory,J. 2010. Theories Of Personality. Jakarta :Selemba Humanika