MAKALAH
LIVE EVENT
MODEL
Tugas
Ini Diajukan Untuk Memenuhi salah Satu Tugas Mata Kuliah “Psikologi Perkembangan
II”
Oleh :
Ainul Fu’adah Hasanah 121160004
Barlia Hakim Al-munawir 1211600017
Sari Dzil Aqidah Munawwiroh
1209600080
Kelas: 4
A
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI UIN SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
FAKULTAS PSIKOLOGI
2013
KATA PENGANTAR
Bismillaahirahmaanirrohim,
Alhamdulillaahirabbil’aalamiin,
Allah SWT telah memberikan kelancaran kepada penulis dan telah melimpah-kan
taufiq dan hidayah-Nya dalam penyusunan makalah mengenai “Live Event Model” ini.
Makalah ini
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Perkembangan 2,
Alhamdulillah dalam penyusunan laporan ini, penulis tidak terlepas dari
hambatan dan kesulitan, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Untuk itu penulis ingin
mengucapkan banyak terimakasih kepada:
1. Ibu Ening
Ningsih, S.Psi., Psikolog sebagai dosen mata kuliah Psikologi Perkembangan 2
2. Serta seluruh pihak yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian laporan praktik profesi ini.
Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang menunjang ke arah kesempurnaan sangat penulis harapkan.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Bandung,
Pebruari 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
hal
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………….......….i
DAFTAR
ISI……………………………………………………………………………......ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang………………………………………………..............……............ 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………......................... 1
1.3 Tujuan Pembahasan………………………………………………….. ....................2
1.4 Sistematika Penulisan………………………………………………….................... 2
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Live Event Model .................………………………………....................3
2.2 Elemen-Elemen Pokok Life Event Model …………………………….......................6
2.3 Kategorisasi
Aspek- Aspek dari .Suatu Live
event Berdasarkan Live Event Model...................................................................................................................9
BAB III KESIMPULAN……………………....……………………………………..……10
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Live event model
adalah merupakan suatu pendekatan dalam perkembangan pada orang dewasa, peneliti sebelumnya menyarankan
bahwa peristiwa- peristiwa kehidupan (misalnya, kematian pasangan,
perceraian) menghasilkan suatu keadaan untuk individu- individu, yaitu suatu kekuatan untuk
merubah kepribadian mereka.
Dalam
live-events framework menekankan faktor-
faktor yang menjadi penengah antara pengaruh dari Live events pada orang dewasa yaitu dari kesehatan fisiknya, kecerdasannya, kepribadiannya, dan juga
dukungan keluarga. Beberapa individu
mungkin menganggap live event sebagai suatu stress yang sangat tinggi.
Sedangkan yang lain memandang peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan bagi perubahan
hidup mereka.
Karena live event
merupakan suatu perubahan- perubahan yang signifikan terhadap pola hidup tentu
akan sangat dibutuhkannya penyesuaian
dalam menghadapi setiap perubahan yang muncul dalam usia dewasa ini.
Mulai dari penyesuaian terhadap lingkungan sosial, keluarga juga terhadap
pribadinya sendiri.
Segala perubahan
itu juga berbeda- beda pada setiap individu dan pola hidup yang mereka jalani,
begitu pula dengan segala pengalaman
mereka akan berpengaruh terhadap apa yang mereka lakukan saat ini.
Terdapat elemen-
elemen pokok yang terdapat dalam life event model yaitu suatu proses yang
terdiri dari serangkaian kejadian dalam kehidupan seseorang untuk membentuk
life event nya yang akan menjadi sebuah tingkah laku dalam pola hidupnya
setelah melalui serangkaian proses tersebut, dan hasilnya tergantung dari
proses adaptasinya apakah dia akan berhasil menyesuaikan diri dengan baik atau
tidak.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang diatas, maka kami merumuskan masalah-masalah sebagai berikut:
1.
Apakah
yang dimaksud dengan live event model ?
2.
Apa
sajakah elemen- elemen pokok live event model ?
3.
Bagaimana
Kategorisasi Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event Model?
1.3 Tujuan Pembahasan
Untuk
mengetahui :
1.
Pengertian
dari live event model
2.
Elemen-
elemen pokok dalam live event model
3.
Kategorisasi
aspek- aspek dari suatu live event berdasarkan live event model
1.4 Sistematika
Penulisan
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Pembahasan
1.4 Sistematika
BAB
II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Live Event Model
2.2 Elemen-Elemen
Pokok Life Event Model
2.3 Kategorisasi Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event Model
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Konsep
Life Event Model /Framework adalah
peristiwa dalam kehidupan seseorang yang permunculannya menuntut /merupakan
indikasi dari perubahan-perubahan yang signifikan dari pola kehidupan yang
sedang dijalankan individu. Bisa disebut sebagai perjalanan kehidupan seseorang
dengan pengalaman yang berbeda pada tiap-tiap individu sehingga menghasilkan
perilaku yang ditampilkannya pada saat ini. Kejadian semasa hidupnya
menggambarkan perubahan-perubahan pada tingkah laku perkembangan yang khas
dalam setiap individu serta dibuat dalam suatu kerangka.
Secara teoritis life events dapat diartikan sebagai
peristiwa dalam kehidupan seseorang yang kemunculannya menuntut atau merupakan
indikasi dari perubahan-perubahan yang signifikan di pola kehidupan yang sedang
di jalankan oleh individu (Klaus Riegel – critical evets)
Hasil dari penelitian bahwa peristiwa kehidupan
mayor (misalnya, kematian pasangan, perceraian) memberikan pengaruh terhadap keadaan untuk individu- individu, yaitu kekuatan untuk merubah
kepribadian mereka. Versi yang lebih canggih dalam
live-events framework menekankan faktor-
faktor yang menjadi penengah pengaruh dari Live events pada orang dewasa---kesehatan
fisik, kecerdasan, kepribadian,
dukungan keluarga. Saat ini berapa
individu mungkin menganggap live
event sebagai suatu stress yang tinggi. Sedangkan yang lain memandang
peristiwa tersebut sebagai suatu tantangan.
Penting untuk mempertimbangkan keadaan sosial budaya yang
terjadi dalam peristiwa kehidupan. Misalnya, perceraian mungkin terjadi akibat
stres setelah bertahun-tahun menikah. Ketika mereka berada dalam usia lima
puluhan, kemudian ketika mereka hanya telah menikah beberapa tahun dan di usia
dua puluhan. Salah satu konsekuensi dari ini adalah bahwa perkem-bangan
mungkin terjadi pada setiap titik dalam kehidupan dan
tidak perlu linear.
Ada empat pendekatan perkembangan
psikososial orang dewasa diwakili oleh model tahapan normative, model timing of
event, model trait, model typological.
a. Model Tahapan Normatif
Model teoretis yang mendeskripsikan perkembangan psikososial
dalam bingkai urutan tertentu perubahan yang terkait dengan usia. Erikson:
Intimacy vs Isolasi merupakan tahapan keenam perkembangan psikososial yaitu
pada usia 20-30 tahun, dimana orang dewasa awal membuat komitmen dengan
oranglain atau menghadapi kemungkinan rasa terisolasi dan keterpakuan pada
kegiatan sendiri(self-absorb). Seseorang butuh isolasi untuk
merefleksikan kehidupan mereka. Intimacy pencapaian utama masa dewasa awal
dalam teori perkemba-ngan kepribadian Erikson tampak dalam komitment
terhadap hubungan yang mungkin menuntut pengorbanan dan kompromi.
Merujuk kepada Erikson, intimacy
hanya mungkin muncul pada pria setelah dia menda-patkan identitasnya sendiri
tetapi wanita mencapai identitasnya melalui intimacy.
b. Model Timing Of
Event
Istilah ini biasa digunakan bagi
pengalaman hidup yang terjadi pada waktu tertentu. Misalnya pernikahan, pensiun
dan lain sebagainya. Waktu
sosial adalah waktu yang menentukan norma atau harapan kultural bagi suatu
waktu.
c. Model Lima Faktor
Model yang dikembangkan oleh Cosa
dan McCrae, didasarkan kepada lima faktor besar yang mendasari sekumpulan
sifat kepribadianyang terkait neuroticism (neurosisme) yaitu kumpulan enam
sifat negative yang mengindikasikan ketidakstabilan emosional: kepanikan, sikap
bermusuhan, depresi, kesadaran diri, impulsive,dan rapuh. Extraversion(terbuka)
juga memiliki enam sisi : hangat, bersahabat, asertif , aktif , pencari kegembiraan dan
emosi positif open to experience ( terbuka terhadap pengalaman) yaitu
ingin mencoba hal-hal yang baru. Conscientious( teliti) adalah mereka yang
berprestasi, dan yang terakhir adalah agreeable (menyenangkan) adalah mereka
yangdapat dipercaya, terus terang, mengalah rendah hati, dan mudah dipengaruhi.
d. Modal Tipologis
Block (1971) merupakan pelopor
pendekatan tipologis. Pendekatan ini memandang kepribadian sebagai pelaksanaan
fungsi yang mempengaruhi dan merefleksikan sikap, nilai, perilaku dan
interaksi social.
Seseorang mempunyai konsep
tersendiri dalam menentukan kehidupannya, ini sering dikatakan sebagai self
concept, dimana self concept ini terdiri atas beberapa jenis, yaitu :
·
The Basic Self-concept. Jane menyebutnya “real-self”, yaitu konsep
seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya. Jenis ini meliputi : persepsi
seseorang tentang penampilan dirinya, kemampuan dan ketidakmampuannya, peranan
dan status dalam kehidupannya, dan nilai-nilai, keyakinan, serta aspirasinya.
·
The Transitory Self-concept. Ini artinya bahwa seseorang
memiliki “self-concept” yang pada suatu saat dia, memegangnya, tetapi
pada saat lain dia melepaskannya. “self-concept” ini mungkin
menyenangkan tapi juga tidak menyenangkan. Kondisinya sangat situasional,
sangat dipengaruhi oleh suasana perasaan (emosi), atau pengalaman yang lalu.
·
The Social Self-concept. Jenis ini berkembang berdasarkan cara individu
mempercayai orang lain yang mempersepsi dirinya, baik melalui perkataan maupun
tindakan. Jenis ini sering juga dikatakan sebagai “mirror image”.
Contoh: jika kepada seorang anak dikatakan secara terus-menerus bahwa dirinya “naughty”
(nakal), maka dia akan mengembangkan konsep dirinya sebagai anak yang nakal.
Perkembangan konsep diri sosial seseorang dipengaruhi oleh jenis kelompok
sosial dimana dia hidup, baik keluarga, sekolah, teman sebaya, atau masyarakat.
Jersild mengatakan bahwa apabila seorang anak diterima, dicintai, dan dihargai
oleh orang-orang yang berarti baginya (yang pertama orang tuanya, kemudian
guru, dan teman) maka anak akan dapat mengembangkan sikap untuk menerima dan
menghargai dirinya sendiri. Namun apabila orang-orang yang berarti (signifant
others) itu menghina, menyalahkan, dan menolaknya, maka anak akan
mengembangkan sikap-sikap yang tidak menyenangkan bagi dirinya sendiri.
·
The Ideal Self-concept. Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang
apa yang diinginkan mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang
seharusnya mengenai dirinya. Konsep diri ideal ini terkait dengan citra fisik
maupun psikhis. Pada masa anak terdapat diskrepansi yang cukup renggang antara
konsep diri ideal dengan konsep diri yang lainnya. Namun diskrepansi itu dapat
berkurang seiring dengan berkembangnya usia anak (terutama apabila seseorang
sudah masuk usia dewasa).
2.2 Elemen-Elemen Pokok Life Event Model :
- Konteks
fase kehidupan.
Teori-teori fase dewasa amat banyak, akan
tetapi ada tiga teori fase terkemuka yaitu pandangan siklus kehidupan dari Erik
Erikson, transformasi dari Roger Gould dan musim-musim kehidupan manusia dari
Daniel Lavinson. Teori-teori tersebut menghasilkan pandangan bahwa paruh
kehidupan adalah suatu krisis dalam perkembangan.
Fase Generativitas VS Stagnasi dari
Erikson
Erikson (1968)
percaya bahwa orang dewasa tengah baya menghadapi persoalan hidup yang
signifikan-generativitas vs stagnasi, adalah nama yang diberikan Erikson pada
fase ketujuh dalam teori masa hidupnya. Generativitas mencangkup
rencana-rencana orang dewasa yang mereka harap dapat dikerjakan guna
meninggalkan warisan dirinya sendiri pada generasi selanjutnya. Sebaliknya,
stagnasi (disebut juga “penyerapan-diri”) berkembang ketika individu merasa
bahwa mereka tidak melakukan apa-apa bagi generasi berikutnya. Orang dewasa
tengah baya mengembangkan generativitas dengan beberapa cara yang berbeda
(Kotre, 1984).
Melalui
generativitas biologis, orang dewasa hamil dan melahirkan anak. Melalui
generativitas parental (orang tua), orang dewasa memberikan asuhan dan
bimbingan kepada anak-anak. Melalui generativitas kultural, orang dewasa
menciptakan, merenovasi atau memelihara kebudayaan yang akhirnya bertahan.
Dalam hal ini objek generatif adalah kebudayaan itu sendiri.
Melalui
generativitas kerja, orang dewasa mengembangkan keahlian yang diturunkan kepada
orang lain. Dalam hal ini, individu generaf adalah seseorang yang mempelajari
keahlian.
Melalui
generativitas, orang dewasa mempromosikan dan membimbing generasi berikutnya
melalui aspek-aspek penting kehidupan seperti menjadi orang tua (parenting),
memimpin, mengajar dan melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat (Mc
Adams, 1990). Orang dewasa generatif mengembangkan warisan diri yang postif dan
kemudian memberikannya sebagai hadiah pada generasi berikutnya.
Teori Transformasi dari Gould
Roger Gould (1975,
1978, 1980, 1994) menghubungkan fase dan krisis dalam pandangannya tentang
transformasi perkembangan. Menurutnya, paruh kehidupan adalah sama
bergejolaknya dengan masa remaja, dengan penegecualian bahwa selama masa dewasa
tengah usaha untuk menangani krisis mungkin akan menghasilkan kehidupan yang
lebih bahagia dan lebih sehat.
Dia percaya bahwa dalam usia 20-an,
kita menerima peran-peran baru; dalam usia 30-an kita mulai merasa terjepit
dengan tanggung jawab kita, dalam usia 40-an kita mulai merasakan perasaan
urgensi bahwa hidup kita cepat berlalu.
Menurutnya, menangani krisis paruh kehidupan dan menyadari bahwa perasaan
urgensi merupakan reaksi alami terhadap fase ini membantu kita menuju jalan
kematangan yang dewasa.
Teori Musim-Musim Kehidupan dari
Levinson
Daniel Levinson
(1978, 1980) dalam The Season of Man’s Life (Musim-Musim Kehidupan Manusia)
menekankan bahwa tugas-tugas perkembangan harus dikuasai pada masing-masing
fase. Pada masa dewasa awal, dua tugas utama yang harus dikuasai adalah
mengeksplorasi kemungkinan-kemungkinan bagi kehidupan dewasa dan mengembangkan
struktur kehidupan yang stabil.
Menurutnya, usia
20-an sebagai novice phase (fase orang baru) dari perkembangan orang dewasa.
Novice phase adalah waktu untuk eksperimentasi yang bebas dan waktu untuk
menguji impian di dunia nyata. Kira-kira pada usia 28 sampai 33 tahun, individu
mengalami periode transisi dimana ia harus menghadapi persoalan penentuan
tujuan yang lebih serius.
Pada usia 30-an, individu biasanya
berfokus pada keluarga dan perkembangan karir. Pada tahun-tahun berikutnya pada
periode ini, individu memasuki fase Becaming One’s Own man (atau BOOM, Menjadi
diri Sendiri).
Pada usia 40,
individu telah mencapai tempat yang stabil dalam karirnya dan sekarang harus
melihat ke depan pada jenis kehidupan yang akan dijalaninya sebagai orang
dewasa usia tengah baya.
Menurutnya,
perubahan ke masa dewasa tengah berlangsung kira-kira 5 tahun dan mengharuskan
orang dewasa untuk berusaha mengatasi empat konflik utama yang telah ada dalam
kehidupannya sejak masa remaja: (1) menjadi muda vs. menjadi tua, (2) menjadi
destruktif vs. menjadi konstruktif, (3) menjadi maskulin vs. menjadi feminism,
dan (4) terikat pada otang lain vs. terlepas dari mereka.
Menurutnya,
keberhasilan transisi paruh baya kehidupan terletak pada seberapa efektif
individu mengurangi sifat-sifat barlawanan dan menerima masing masing dari
mereka sebagai integral dari keberadaanya.
- Peristiwa
kehidupan.
Peristiwa artinya sesuatu hal yang terjadi
atau bisa juga disebut sebagai kejadian. Macam-macam istilah dalam peristiwa
kehidupan dalam perkembangan seseorang ada yang disebabkan karena peristiwa
secara kebetulan, peristiwa kesempatan/peluang, peristiwa pengalaman/kenangan,
peristiwa khayal, peristiwa bawah sadar, peristiwa keanehan alami, dan
peristiwa kausal (kejadian sebab akibat)
- Proses adaptasi.
Dilihat dari latar belakang perkembangannya, pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi (adaptation). Padahal
adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian diri dalam arti fisik,
fisiologis, atau biologis.
Padahal, dalam penyesuian diri sesungguhnya tidak sekadar penyesuaian
fisik, melainkan yang lebih kompleks dan lebih penting lagi adalah adanya
keunikan dan keberbedaan kepribadian individu dalam hubungannya dengan
lingkungan.
Penyesuaian diri yang dimaksud dalam pembahasan ini meliputi penyesuaian diri baik
dalam pengertian adaptation maupun adjusment. Individu yang mampu menyesuaikan
diri dengan baik, idealnya mampu menggunakan kedua mekanisme penyesuaian diri
tersebut secara luwes, tergantung pada situasinya. Sebaliknya, individu
dianggap kaku bila kurang mampu menggunakan kedua mekanisme tersebut dengan
baik atau hanya salah satu cara saja yang dominan digunakan.
- Konteks
sosiohistori.
Faktor lingkungan sosial, dan
psikologi-sosial, ia melihat arti penting dari lingkungan fisik, struktur
sosial, peranan kepemimpinan dan kepribadian pemimpin, serta arti penting
kekompakan kelompok. menunjukkan bahwa apa yang menjadi persoalan bagi individu
bukanlah penampilan atau intelektual raja, melainkan jenis antar hubungan yang
ia bangun dengan lingkungan sosialnya. Raja yang berhubungan dengan rakyatnya
secara zalim terlibat dalam suatu perbuatan menghancurkan dirinya sendiri. Oleh
karena itu seseorang harus memperhatikan hubungan sosial dengan kehidupan
sebelumnya karena perkembangan individu juga dikaitkan antara sejarahnya dengan
lingkungan sosialnya.
2.3 Kategorisasi
Aspek- Aspek dari Suatu Live event Berdasarkan Live Event Model:
- Non Normative event s biologis dan sosial budaya
adlah pengaruh yang cukup jelas dikaitkan dengan usia, seperti kematangan
fisik selama masa kanak- kanak atau peristiwa khas pada masa dewas yang
melibatkan keluarga, pendidikan, dan pekerjaan.
- Normative age graded events, lingkungan, bencana,
dan pengarus sosial yang mempengaruhi sebagian besar anggota suatu budaya
pada saat yang sama, seperti perang menyapu perubahan ekonomi atau
teknologi, dan epidemic besar. Efek ini mungkin berbeda tergantung pada
usia seseorang pada saat acara tersebut, tetapi kebanyakan orang karena
usia, dari keseluruhan kohort akan mempunyai pengalaman yang sama.
- Normative history graded event, peristiwa yang
signifikas bagi individu tertentu, tetapi bukan bagian dari pola
keseluruhan terikat dengan siklus hidup, seperti kecelakaan lalu lintas,
kemenangan undian, dan konversi agama.
BAB III
KESIMPULAN
Bahwa kejadian-kejadian yang dialami oleh individu dapat/
akan mempengaruhi kepribadian,cara bersikap dan berfikir seseorang. Inilah yang
disebut dengan live event model, kejadian semasa hidupnya
menggambarkan perubahan-perubahan pada tingkah laku perkembangan yang khas
dalam setiap individu serta dibuat dalam suatu kerangka.
Seorang individu mempunyai konsep tentang dirinya, inilah
yang dinamakan dengan self concept,ada beberapa macam self concept diantaranya:
The Basic Self-concept (“real-self”, yaitu konsep
seseorang tentang dirinya sebagaimana adanya), The Transitory Self-concept
( bahwa seseorang memiliki “self-concept” yang pada suatu saat dia,
memegangnya, tetapi pada saat lain dia melepaskannya), The Social
Self-concept ( cara individu mempercayai orang lain yang mempersepsi
dirinya, baik melalui perkataan maupun tindakan), The Ideal Self-concept
( Konsep diri ideal merupakan persepsi seseorang tentang apa yang diinginkan
mengenai dirinya, atau keyakinan tentang apa yang seharusnya mengenai dirinya).
Elemen-Elemen Pokok Life Event Model diantaranya :
1. Konteks fase
kehidupan. Teori-teori fase dewasa amat banyak, akan tetapi ada tiga teori fase
terkemuka yaitu pandangan siklus kehidupan dari Erik Erikson, transformasi dari
Roger Gould dan musim-musim kehidupan manusia dari Daniel Lavinson. Teori-teori
tersebut menghasilkan pandangan bahwa paruh kehidupan adalah suatu krisis dalam
perkembangan.
2. Peristiwa
kehidupan
3. Proses adaptasi
4. Konteks
sosiohistri
Kategorisasi
Aspek-Aspek Dari Suatu Live Event Berdasarkan Live Event Model :
1. Non
normative events biologis dan sosial budaya
2. Normative
age graded events
3. Normative
history graded event
DAFTAR PUSTAKA
·
Lerner,R.M.& Hultsch,D,F. 1983.Human Development: A Life-Span Perspective.
Now-york : Mc.Graw-Hill,Inc
·
Hoyer,William,J. Adult Development And Aging
·
Feist,Jess& Feist,Gregory,J.
2010. Theories Of Personality.
Jakarta :Selemba Humanika