Rabu, 20 Maret 2013

Perbedaan Gangguan Somatoform dengan Gangguan Psikofisiologis



Nama             : Ainul Fu’adah Hasanah
NIM              : 1211600004
Kelas              : 4A
Mata Kuliah : Psikologi Abnormal

Perbedaan Gangguan Somatoform dengan Gangguan Psikofisiologis
1.    Gangguan Somatoform
Yaitu gangguan yang merupakan masalah- masalah psikologis yang muncul dalam bentuk ganguan fisik. Dimana orang yang mengalami somatoform mengeluhkan rasa sakit dan gangguan- gangguan mereka dengan cara yang berlebihan (dramatis) seakan mereka mengalami kerusakan fisik yang serius padahal hal tersebut tidak ditemukan kerusakan apapun pada fisiknya. Seberapa parah rasa nyeri yang di alami pasien itu tergantung pada seberapa tinggi setress atau cemas.
Gangguan somatoform tidak menimbulkan kerusakan organic tubuh.
Contoh kasus somatoform
            Iwan pegawai swasta berusia 34 tahun ini sudah hampir satu tahun merasakan keluhan penyakit yang sering berpindah-pindah. Dia mengeluh merasa pegal-pegal, badannya terasa tidak enak, perut terasa penuh dan mual serta sering merasa seperti keluar keringat dingin.
Iwan juga sering merasa dadanya sesak bila bernapas. Dia bercerita bahwa ia pernah berobat di bagian penyakit dalam dan telah dilakukan beberapa tes, namun dinyatakan hasilnya semua dalam batas normal.
            Pria itu tentunya tidak percaya hal tersebut, karena sebenarnya dia merasa ada yang salah memang dengan dirinya. Oleh sejawat dokter ahli penyakit dalam, Iwan disarankan untuk datang ke bagian psikiatri/jiwa karena mungkin ada problem psikis yang melatari keluhannya.
            Dia pun sempat kesal karena saran itu, dia berkata “Memangnya saya gila Dok?!”. Hal itu dikarenakan dia merasa kehidupannya baik-baik saja. Bilapun ada masalah, Iwan memang cenderung lebih menyimpannya sendiri dan tidak pernah membicarakan dengan orang lain bahkan dengan istrinya sekalipun.

2.    Gangguan Psikofisiologis
Yaitu gangguan seperti asma, hipertensi, sakit kepala, dll ditandai oleh simtom- simtom fisik yang nyata yang disebabkan atau dapat diperburuk oleh factor- factor psikologis.
Pada gangguan psikofisiologis dapat menimbulkan kerusakan organic tubuh. Gangguan psikofisiologis bukan merupakan gangguan mental. Jadi, pada gangguan psikofisiologis factor psiklogis dapat berpengaruh besar terhadap tubuh (kondisi medis). Oleh karena itu, misalkan seseorang bisa saja meninggal dunia karena mempunyai tekanan darah tinggi atau asma yang dipicu secara psikologis sama seperti jika penyakit tersebut dipicu oleh infeksi atau cedera fisik.

Contoh kasus gangguan Psikofisiologis
            Mahasiswa perempuan, 23 tahun ketika mau menghadapi ujian mengalami : nyeri perut, mual, pusing, dan ingin buang air besar dan kecil. Dalam saat tertentu, merasa berdebar-debar dan sering mengambil nafas dalam serta keluar keringat dingin.
         Ketika mahasiswa tersebut akan mengalami ujian, maka otaknya akan menghantarkan rangsangan elektris pada nucleus amygdale, yang merupakan bagian dari system Limbic, yang kemudian menimbulkan rasa cemas, takut, dan gelisah. Sehingga keadaan emosinya dalam keadaan tidak stabil, seperti ilustrasi kasus di atas.
      Dalam hal ini, sistem Limbic mempunyai hubungan anatomis dan fisiologis dengan hyphotalamus dalam menjalankan fungsinya sebagai pengendali emosi dan perilaku. Ditambah lagi, mahasiswa tersebut sering mngalami pusing, mual, dan nafsu makan menurun ( makan tidak teratur ) sebab baru saja diputuskan oleh pacarnya. Pada kasus seperti ini, mahasiswa tersebut mengalami kerusakan pada daerah Limbic ( adanya gangguan sistem otonomik ) sehingga akan berakibat gangguan pada pencernaan dan tekanan darahnya. Lalu, sekarang menstruasi mahasiswa tersebut tidak teratur dan sering mengalami keputihan.  Hal ini disebabkan karena mahasiswa tersebut menerima tekanan yang begitu besar ( depresi ) sehingga sistem kerja hyphotalamus juga mengalami gangguan. Akibatnya kerja hormon estrogen dan progesteron mahasiswa itu tidak stabil ( naik turun ).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar